Yangpertama: Diskriminasi Pertama kali saya akan menggunakan layanan BPJS adalah saat saya menderita demam selama sekitar 2-3 hari. Setelah penurun demam tidak menunjukkan efeknya, dengan diantar teman saya mendatangi klinik keluarga yang menjadi faskes pertama saya. Bund ada tidak yg punya pengalaman operasi SC dengan BPJS , kemudian apakah ada penambahan biaya jika naik kelas dari kelas I ke kelas utama (1 kamar 1 orang pasien)? Berapa kira2 penambahan biayanya? Terimakasih bunda2 semua informasinya? Pemerintah memutuskan iuran BPJS Kesehatan kelas III bagi peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Bukan Pekerja (BP) naik menjadi Rp 35.000 atau naik sebesar Rp 9.500 dari yang sebelumnya dibayarkan oleh peserta kelas III sebesar Rp 25.500. Kenaikan ini berlaku mulai awal tahun 2021 dan sudah berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 64/2020. Padasaat itu, pemerintah menetapkan iuran BPJS Kesehatan untuk kelas mandiri atau peserta bukan penerima upah (PBPU) dan bukan pekerja (BP) mencapai Rp 160.000 per orang per bulan di kelas I. Angka ini naik 100% jika dibandingkan iuran sebelumnya sebesar Rp 81.000 per orang per bulan. Untuk kelas II naik 115% menjadi Rp 110.000 per orang per Dilansirlaman BPJS Kesehatan, jika peserta menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi dari haknya maka berlaku ketentuan sebagai berikut: 1. Peserta PBI dan peserta yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah. Jika peserta PBI atau peserta yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah ingin naik kelas, maka gugur haknya. CfGBGP. Setelah sekian lama bayar rutin BPJS tepat waktu akhirnya tiba juga saatnya menggunakan BPJS ini. Walaupun sebenarnya siapa sih yang mau menggunakan BPJS dalam artian siapa yang mau sakit. Kita semua pasti berharap selalu dalam keadaan sehat. Tapi apa boleh buat yang namanya sakit pasti bisa menimpa semua orang. Setiap berobat bisanya cukup ke puskesmas atau dokter umum jikapun ke RS biasanya juga menggunakan jalur umum karena dulu belum memiliki BPJS. Tetapi karena pemerintah menganjurkan bahkan mewajibkan setiap warga negara mengikuti BPJS maka sayapun mengikuti program BPJS. Saya gunakan layanan BPJS kelas 3 dengan pertimbangan dari yang saya baca-baca bahwa kelas 3, kelas 2 maupun kelas 1 dalam hal penanganan sama, obat dan dokter nyapun sama. Yang membedakan hanya ruangan rawat inap. Waktu itu sebagai pengguna BPJS adalah istri saya yang terkena hipertensi, maag dan vertigo belakang saya ketahui dari dokter yang menangani penyakit ini merupakan pertama kali yang istri saya alami dan rasakan. Pada awalnya selama satu minggu istri saya merasakan pusing dan kepala terasa berputar, dalam satu minggu sampai tiga kali kejadian namun masih bisa ditangani dengan cara berhenti beraktivitas dan tentu berobat. Tapi pada suatu ketika subuh mulai terasa kembali itu pusing dan berputar, kali ini diiringi dengan muntah-muntah dan akhirnya tidak sadarkan diri. Untunglah saya dekat dengan tetangga dan ketika mendengar keributan dirumah mereka pada datang. Saya putuskan untuk membawa istri ke Rumah Sakit. Ketika dibawa kedalam mobil istri dalam keadaan pingsan diangkat oleh tiga orang dimasukan ke mobil dan berangkat. Bersyukurlah ketika itu yang mengantar ada Pak RT dan Pak RW serta seorang ibu-ibu tetangga. Jadi di mobil tidak sendirian. Sambil nyetir saya terus melihat ke belakang, terlihat istri saya masih muntah-muntah dan kembali pingsan. Perjalanan ke Rumah Sakit sekitar 30 menit. Sesampainya di Rumah Sakit masih dalam keadaan pingsan. Langsung ke IGD dan ditangani dokter, diberikan obat dan suntikan. Pada saat di IGD kemudian saya mendaftar menggunakan BPJS yang sudah dipersiapkan ketika mau berangkat ke rumah sakit. Tidak lupa membawa Kartu BPJS, KK dan KTP. Selesai mendaftar lalu dokumen dari pendaftaran diberikan ke perawat yang ada di IGD. Selang beberapa jam istri saya mulai sadar tapi tidak bisa membuka mata dan jika berbalik ke kiri selalu langsung muntah-muntah. Akhirnya menurut dokter bahwa ini harus dirawat. Saya berpikir juga mungkin harus dirawat karena dari yang saya baca bahwa vertigo ini bisa dari beberapa penyebab, bisa dari gangguan telinga bagian dalam sampai gangguan pada syaraf tertentu. Setelah menunggu beberapa jam kemudian dipanggil ke tempat perawat yang ada di IGD dan saya disuruh ke bagian Admisi. Setelah menunggu dibagian Admisi akhirnya dipanggil dan katanya ruangan penuh. Lalu saya bertanya, bisa tidak jika menunggu sampai ada ruangan, kata dibagian admisi coba tanyakan ke dokter di IGD. Lalu saya kembali ke perawat yang di IGD. Saat itu saya lihat ada keluarga pasien sedang berbicara dengan perawat yang intinya mengalami hal sama yaitu ruangan penuh dan kalau saya dengar pembicaraan mereka akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit lain. Keluarga pasien tersebut sepertinya mengiyakan saja. Pas kebagian saya, perawat tersebut bertanya bagaimana Pak ? saya bilang kata dari bagian admisi ruangan penuh. Terus bagimana Pak ? apakah mau mencari RS lain ? kata perawat tersebut. Saya bilang bisa tidak saya menunggu sampai ada ruangan kosong, bukan apa-apa karena pada saat istri saya sakit juga berbarengan dengan anak saya yang peling kecil juga sedang sakit panas. Pikiran saya jika harus ke rumah sakit lain yang letaknya jauh akan repot bolak-balik ke RS dan kerumah. Perawat tersebut kembali bertanya, bagaimana Pak apa mau cari RS lain ? kasihan juga sama ibunya kata perawat tersebut. Saya jawab mau tunggu sekitar satu jam sambil berdiskusi dulu dengan keluarga dan kebetulan dirumah anak saya juga sedang sakit. Kemudian perawat tersebut kembali menyuruh saya ke bagian admisi untuk bertanya. Padahal kalau dipikir kan baru saja saya dari bagian admisi belum sampai 5 menit. Saya kembali kebagian admisi dan bertanya ruangan dan tentu jawabannya sama yaitu ruangan kosong. Lalu saya ingat dari yang saya baca-baca bahwa setiap pengguna BPJS bisa naik kelas dengan membayar selisih biaya. Saya bilang ke bagian admisi bahwa saya mau naik kelas saja ke kelas 2 dan bayar selisihnya. Jawaban dari bagian admisi katanya jika begitu coba Bpk tunggu ya nanti dikabari. Setelah itu saya tidak kembali ke adm di IGD tapi langsung menuju istri yang masih tergolek sama sekali belum bisa diajak bicara. Waktu terus berlalu dan tidak terasa sudah hampir 12 jam di IGD, kalau saya lihat dokter juga hanya sekali periksa pertama kali dengan memberikan suntikan dan obat yang harus diminum. Sekitar kalau tidak salah jam 5 sore terdengar kembali panggilan atas nama istri saya dan perawat di IGD kembali menyuruh saya kebagian admisi sambil memberikan secarik kertas. Setelah dibagian admisi menunggu, saya kembali dipanggil dan katanya ada ruangan kosong di kelas 2 tapi bayar selisih biaya. Mendengar hal tersebut tentu saya iyakan dan bagian admisi memberikan selembar kertas berisi pernyataan membayar selisih biaya dan memberi map berupa dokumen rawat inap yang kemudian saya tanda tangai dan berikan ke perawat yag ada di IGD. Sekitar menjelang magrib, istri saya dibawa keruangan rawat inap dan saya sudah merasa sedikit tenang. Selama istri sakit, saya bolak-balik ke RS dan kerumah untuk cek kondisi anak yang juga sedang sakit tetapi untungnya anak saya cukup ke dokter umum dan berangsur membaik setelah beberapa hari. Tidak terasa sudah mau hampir satu minggu berada dirumah sakit dan ditangani 3 orang dokter yang saya tau yaitu dokter penyakit dalam dan dokter syaraf. Dilakukan cek darah dll. Tidak ada biaya apapun yang dikeluarkan termasuk ketika mengambil obat di bagian farmasi, tidak seperti pengalaman sebelumnya di RS yang sama ketika menggunakan jalur umum dimana setiap mengambil obat harus bayar. Ketika saya bagian menemani di RS, saya terus membaca cari informasi tentang penyakit vertigo karena kalau hipertensi dan maag sudah mendengarnya tidak asing lagi. Dan ternyata bahwa vertigo itu bisa dikatakan bukan penyakit tapi sebuah gejala dan banyak orang juga mengalaminya. Jika memang tidak ada gangguan pada syaraf maka vertigo bisa disembuhkan dengan cara tertentu dan terapi tanpa harus selalu dengan obat. Saya coba beritahukan ke istri secara perlahan informasi yang saya ketahui supaya dia lebih mengetahui apa yang sedang dialaminya. Istri sayapun berangsur pulih, sudah bisa diajak bicara, makan yang cukup dan sudah bisa tidur berbalik ke kiri walupun belum bisa lama. Biasanya setiap berbalik ke kiri dalam beberapa detik saja langsung muntah-muntah. Pada saat berangsur pulih tersebut, dokter menyarankan untuk berlatih berjalan sebelum diperbolehkan pulang. Hari ke 6 yang merupakan hari terakhir di rumah sakit, kata doter syaraf bahwa istri saya sudah boleh pulang dan berkata jangan lupa kontrol setelah pulang dari RS. Saya juga pikir melihat dari kondisinya, sepertinya istri tinggal pemulihan dirumah saja. Sambil menunggu proses pemulangan dari rumah sakit, kini saya bertanya-tanya yang selama ini tidak terpikirkan yaitu, berapa biaya naik kelas BPJS ? sayapun terus membaca mencari informasi. Dan setelah beberapa jam terdengar panggilan kemudian saya menuju adm diruangan rawat inap. Setelah menunggu beberapa saat, kemudian ke meja adm dan mendapat informasi bahwa biaya selisih naik kelas rawat inap BPJS adalah sebesar Rp besaran tersebut katanya juga dipengaruhi jenis penyakitnya. Saya tanya lagi apa ada biaya lain, katanya tidak ada, semuanya sudah beres. Setelah selesai lalu saya pergi ke kasir IGD dan membayar biaya selisih BPJS kelas 3 naik ke kelas 2. Setelah semua urusan administrasi selesai, sekitar jam 7 malam lalu kemudian pulang. Selang beberapa hari kontrol ke rumah sakit yang ngantrinya minta ampun. Tiba di RS jam 6 pagi dan selesai kontrol jam 2 siang. Untungnya saya tidak ajak istri dari pagi, dia hanya datang pada saat mau diperiksa saja di dokter yang menangani. Foto Dr. Siti Nadia Tarmizi Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana penerapan kelas rawat inap standar KRIS terus dikejar pengerjaannya. Kepala Biro Komunikasi Dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyebut saat ini tengah dilakukan uji coba secara bertahap."Soal KRIS sudah mulai secara bertahap dari tahun 2023-2025," kata Siti Nadia kepada CNBC Indonesia, Rabu 7/6/2023.Tahap uji coba, Kata Siti Nadia, sudah mulai rampung. Untuk implementasinya akan coba dilakukan mulai tahun 2023 ini. "Uji coba sudah selesai dan saat ini implementasi di 2023 ini," Dewan Jaminan Sosial Nasional DJSN Asih Eka Putri menyatakan penerapan KRIS tengah dalam proses monitoring dan evaluasi. "Akan segera monev," tutur Asih menyebut untuk implementasi memang masih menunggu perubahan Peraturan Presiden perpres terlebih dahulu. "Kita tunggu terbit perubahan perpres 82/2018," Asih menyatakan draf revisi perpres sebetulnya telah ditandatangani Kementerian dan Lembaga terkait sejak awal Februari 2023. Namun, tinggal menunggu rapat harmonisasi di Kementerian Hukum dan dia mengatakan rapat harmonisasi itu belum juga terlaksana. Pihak DJSN hanya bisa menantikan terselenggaranya rapat untuk selanjutnya disahkan dan ditandatangani Presiden Joko Widodo, sehingga KRIS bisa terlaksana."Belum, masih menunggu rapat harmonisasi," ujar Asih. [GambasVideo CNBC] Artikel Selanjutnya Geram! DPR Bakal Minta Polisi Panggil Paksa Kepala DJSN haa/haa - Ada kalanya peserta BPJS Kesehatan menginginkan fasilitas yang lebih nyaman saat berobat di rumah sakit. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara naik kelas perawatan BPJS Kesehatan. Misalnya dari kelas 3 ke kelas bagaimana ketentuan naik kelas BPJS Kesehatan? Dilansir dari laman BPJS Kesehatan, jika peserta menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi dari haknya maka berlaku ketentuan sebagai berikut 1. Peserta PBI dan peserta yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah Jika peserta PBI atau peserta yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah ingin naik kelas, maka gugur haknya. 2. Peserta bukan PBI Sementara itu, peserta bukan PBI hanya dapat meningkatkan kelas perawatannya satu tingkat lebih tinggi dari kelas yang menjadi hak peserta dan membayar sendiri seluruh selisih antara biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dengan biaya yang harus dibayar akibat peningkatan kelas harus mengikuti prosedur sesuai ketentuan yang berlaku. Baca juga Tunggakan Iuran BPJS Kesehatan Bisa Dicicil, Ini Caranya Peserta membayar biaya tambahan dengan perhitungan sebagai berikut 1. Untuk peningkatan kelas pelayanan rawat inap dari kelas perawatan III ke kelas II, dan dari kelas perawatan II ke kelas I, membayar selisih biaya antara Tarif INA-CBG pada kelas rawat inap lebih tinggi yang dipilih dengan Tarif INA-CBG pada kelas rawat inap yang sesuai dengan hak Peserta. Contohnya seperti ini Naik Kelas Perawatan BPJS KesehatanPersyaratan yang Mesti Dilakukan1. Membayar Selisih Biaya2. Biaya Naik Kelas Rawat Inap Cara Pindah Kelas Rawat BPJS KesehatanSebarkan ini – Sebagian peserta BPJS Kesehatan yang tergolong mampu masih merasa kesulitan saat hendak menaikkan kelas keperawatan untuk mendapatkan ruangan perawatan yang lebih baik di rumah sakit, padahal caranya cukup mudah. Untuk itu, pada postingan kali ini kita akan membahas mengenai cara naik kelas perawatan BPJS Kesehatan agar kamu yang sedang membutuhkannya bisa lebih mudah. Berikut ulasan selengkapnya. Meski adanya kenaikan iuran BPJS atau Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan, bukan berarti peserta yang menginginkan ruang perawatan yang lebih baik tidak bisa mewujudkannya. Karena sejatinya peserta BJPS Kesehatan bisa menambahkan kelas perawatan ke yang lebih tinggi dan sebaliknya. Tergantung dengan kondisi, faktor ekonomi dan kebutuhan peserta itu sendiri. Persyaratan yang Mesti Dilakukan Untuk naik kelas keperawatan, peserta mesti melakukan dan memenuhi persyaratan yang ada, yakni 1. Membayar Selisih Biaya Berdasarkan Permenkes atau Peraturan Kementerian Kesehatan Nomor 51 Tahun 2018 mengenai Pengenaan Urun Biaya dan Selisih Biaya dalam Program Jaminan Kesehatan, yakni peserta yang ingin meningkatkan kelas perawatan ke yang lebih tinggi dari haknya di rumah sakit termasuk rawat jalan eksekutif akan dikenakan selisih biaya. Selisih biaya tersebut adalah biaya yang dijamin oleh pihak BPJS Kesehatan dengan biaya yang harus dibayar Kisag peningkatan pelayanan. Selain rawat inap di RS, peserta juga berhak dan daoat meningkatkan kelas rawat jalan ke eksekutif. 2. Biaya Naik Kelas Rawat Inap Ada dua aturan untuk biaya naik kelas rawat inap, diantaranya Bagi yang ingin naik kelas rawat inap dari kelas 3 menjadi kelas 2 atau kelas 2 menjadi kelas 1, peserta wajib membayar selisih biaya antara tarif INA CBG’s antar kelas. Bagi yang ingin naik kelas rawat inap dari kelas 1 menjadi VIP, peserta wajib membayar selisih biaya paling banyak 75% dari tarif INA CBG’s kelas 1. Cara Pindah Kelas Rawat BPJS Kesehatan Bagi peserta yang ingin pindah kelas rawat BPJS Kesehatan pun bisa menggunakan beberapa cara, seperti 1. Melalui aplikasi Mobile JKN, dengan membuka aplikasi Mobile JKN lalu tap menu “Ubah Data Peserta” dan masukkan data perubahan. 2. Melalui Care Center BPJS Kesehatan 1500 400 dengan menyampaikan perubahan data yang dimaksud. 3. Melalui Mal Pelayanan Publik, dengan cara mengunjungi Mal Pelayanan Publik lalu mengisi FDIP dan tunggu hingga antrian tiba. 4. Melalui MCS atau Mobile Customer Service, dengan cara mengunjungi MCS lalu mengisi FDIP dan tunggu hingga antrian tiba. 5. Melalui Kantor Cabang dan kantor Kabupaten. Demikianlah ulasan mengenai cara naik kelas perawatan BPJS Kesehatan. Semoga info dari artikel ini bissa memnbatu kamu yang ingn megetahui seputaran BPJS Kesehatan. Semoga bermanfaat. AYOBANDUNG - Kebijakan pemerintah menghapus layanan rawat inap kelas 1, 2, dan 3 melalui Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial BPJS akan segera direalisasikan. Keputusan untuk meniadakan atau menghapus fasilitas pelayanan rawat inap kelas 1, 2, dan 3 ini telah memiliki alasan yang kuat dan diharapkan memiliki implikasi yang signifikan bagi sistem Kesehatan Indonesia yang bergantung menggunakan layanan BPJS. Wacana untuk menghapus fasilitas pelayanan rawat inap kelas 1, 2, dan 3 ini sudah sejak lama dan akan baru direalisasikan pada tanggal 1 Januari 2025, jadi berapa iuran terbaru BPJS Kesehatan 2023? Baca Juga Waduh, PNS dan Pensiun ke Depan Tak Dapat lagi Fasilitas BPJS Kesehatan? Tenang, Ada KRIS! Penghapusan fasilitas pelayanan rawat inap BPJS Kesehatan kelas 1, 2, dan 3 ini kedepannya akan digantikan dengan fasilitas Kesehatan Rawat Inap Standar KRIS. Sehingga secara otomatis KRIS akan menggantikan layanan rawat inap kelas 1, 2, dan 3. Diketahui sebelumnya Dirut BPJS Kesehatan , Ali Ghufron menjelaskan tentang implementasi KRIS JKN yang telah diamanatkan dalam Undang- undang Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN. Aturan tersebut akan dilanjutkan ke dalam Perpres Nomor 64 Tahun 2020 tentang Perubahan kedua atas Perpres Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan. Baca Juga Rawat Inap Kelas 1 BPJS Kesehatan Bagi PNS dan Pensiunan Diganti KRIS, 12 Standar Ini Harus Dipenuhi RS Kebijakan menghapus fasilitas pelayanan rawat inap kelas 1, 2 dan 3 ini diharapkan agar seluruh masyarakat mendapatkan hak yang sama dalam mendapatkan fasilitas Kesehatan dari BPJS Kesehatan. Sehingga untuk kedepannya masyarakat tidak akan lagi mendapatkan fasilitas Kesehatan rawat inap kelas 1, 2, dan 3 namun digantikan dengan KRIS. Untuk mengetahui iuran BPJS Kesehatan yang berlaku saat ini masih sama dengan besaran iuran BPJS Kesehatan yang berlaku sejak tahun 2021 lalu. Besaran iuran BPJS Kesehatan ini diatur berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 64 Tahun 2020 tentang Perubahan kedua atas Perpres Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan. Baca Juga Tabel Angsuran KUR BRI 24 Mei 2023, Pinjaman BRI Bunga Rendah 0,5 Persen per Bulan, Harus Pakai BPJS?

pengalaman naik kelas bpjs